A. PENGANTAR
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak
langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif.
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melalui
pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode
menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari
peradaban Yunani dan diakhiri pada kontemporer.(Drs.Surajiyo ;hal 80)
B. Zaman Purba (15 SM – 7 S1V)
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua
peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan
data dan sebagainya, namun mereka sekadar menerima pengumpulan saja.
Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang
sama, yaitu common
denominator, itu pun barangkali tanpa sengaja,
tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan
itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena
itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi. pengamatan
yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta
sebagai brute factr atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di
zaman purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam
sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind)
(Santoso,1977: 27).
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba
ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu (1) pengetahuan didasarkan
pada pengalaman (empirical knowledge (2) pengetahuan berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive
mind, dan
kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu
bersifat mistis,magis dan religius; (3) kemampuan menemukan abjad dan
sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke
tingkat abstraksi; (4) kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender
yang didasarkan atas sintesis terhadap abstraksi yang dilakukan; dan (5)
kemampuan meramal peristiwa-peristiwa fisis atas dasar
peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana
bulan dan matahari (Santoso,1977: 27-28)
C. Zaman Yunani (7 SM – 6 M)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan
filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagii mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(suatu sikap
menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara
kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil
sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa
itu antara lain Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani.
Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala
sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche
itu `yang tidak terbatas’ (to apeiron
). Anaximenes arche itu
udara, Pythagoras arche itu bilangan, dan Heraklitos arche itu api, ia
juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei).
Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
(Lasiyo dan Yuwono,1985: 52)
1. Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik filsafat
dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato
(rethorika) dinamakan kaum sofis. Mereka mengajarkan pengetahuan pada
kaum muda. menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia,
sebagaimana yang dikatakan oleh Pythagoras, manusia adalah ukuran
untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan
bahwa yang- benar dan yang baik dipandang sebagai nilai-nilai objektif
yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut
Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada muridnya Plato. Dalam
filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua
dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya terbuka
bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua
dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik
oleh Aristoteles dengan
mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret “ide
manusia’ tidak terdapat dalam kenyataan”. Aristoteles adalah filosof
realis, dan sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan besar
sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu
pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam
abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur
individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan
abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di
mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan
unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. (Harry Hamersma,1983)
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan
bentuk. Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah
prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme. (K.
Bertens,1988:11-16)
2. Masa Helinistis dan Romawi.
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans
nasional yang disebut kebudayaan Helinistis, karena kebudayaan Yunani
tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga
seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat,
Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula
pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Akhirnya
ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti
kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun
pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliranberikut.:
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut
Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan
yang tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantisa bergerak.
Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh
takut pada dewa-dewa.
c.Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian
d. Eklitisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari
aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu Pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah
Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu.
Segala sesuatu berasal dari `yang satu` dan ingin kembali kepada-Nya.
(K. Bertens,1988:16-18)
D. Zaman Pertengahan (6 M -15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya
dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang
zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah
suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat
tahun 476 M hingga timbulnya
Renaissance di Italia.
Zaman pertengahan
(Midle Age) ditandai dengan pengaruh yang
cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan
kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan
masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu
pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan
adalah para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para
teolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.
Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran
agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi
Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam
bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode
ini dikenalpula dengan sebutan abad kegelapan.
E: Zaman Renaissance (14 M -17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan
ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan
pemikiran yang bebas.Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha
sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Penemuan ilmu
pengetahuan modern’ sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu
pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes
Keppler, dan Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filusuf
tersebut.
l. Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi
landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan.
Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengalah semua pengetahuan.
2.Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi
matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentririsme). Pendapat
ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan
Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta
(geosentrisme).
3, Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang melengkapii penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:
a. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti
lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua
planet berbentuk elips.
b. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata
dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk
meliintasi orbit masing- masing adalah P dan Q, maka P2: Q2 X3: Y3.
4. Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bintang yang terbesar
pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.
Ia menemukan beberapa peristiwa panting dalam bidang astronomi. Ia
melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan
seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet- planet
tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya
dari matahari (Rizal Mustansyir,1996)
F. Zaman Modern (17 M -19 IV)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang
terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli
ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat
.Selain itu pada zaman ini ada juga filsuf-filsuf lain misalnya: Isaac
Newton, Caharles Darwin.
G. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang
fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam
Riza1 Mustansyir, dkk., 2001) fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek ma terinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang membentuk alam
semesta. la juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara.
Pertama, diskusi
filosofis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan
substansial tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep
ruang, dan waktu).
Kedua, ajaran filsafat tradisi onal yang
menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan
demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan
fisika.
Fisikawan termasyhur abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia menyatakan
bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga
tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke
waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam
semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya
penciptaan alam. Dii samping teori mengenai fisika, teori alam semesta,
dan lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah
satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer,
berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu
lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu
yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit,
tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis
dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain.
Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah
sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkannya
bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan
teknologi kloning. (Rizal Mustansyir, dkk., 2001)
Sumber :
http://ichwanparado.blogspot.com/2013/01/sejarah-perkembangan-ilmu-pengetahuan.html